Translate

Kamis, 26 Juni 2014

PENYIMPANAN TUKIK SEMENTARA...!




Telah diinformasikan sebelumnya bahwa para ahli penyu sedunia telah sepakat bahwa membesarkan tukik (bayi penyu) dapat mengganggu proses imprinting (dijelaskan di catatan kaki) dari tukik-tukik tersebut. Proses imprinting ini adalah proses yang sangat unik dan penting bagi penyu yang harus menjalani siklus kehidupan, agar mereka dapat beranak pinak dan lestari.

Jadi sedianya bayi-bayi penyu itu segera dibiarkan merangkak ke laut sesaat setelah mereka menetas dari telurnya.

Namun tidak jarang bayi penyu/ tukik itu menetas siang hari di sarang semi alami (hatchery). Haruskah kita biarkan mereka merangkak sendiri ke laut? JANGAN. Karena terik matahari akan membingungkan pergerakan tukik tersebut dan bisa dipastikan tukik akan merangkak ke segala arah, masuk ke sela-sela batu, kayu atau sampah pantai... atau mati kering.

Apabila ini terjadi, maka sebaiknya tukik disimpan saja di dalam ember/ bak kering yang diisi dengan pasir kering, dan tempatkan ember/ bak tukik itu di tempat yang sejuk (di dalam kamar mandi misalnya). Setelah suasana kondusif baru tukik bisa dilepaskan (Pukul 17:30 keatas/ senja hingga maksimal pukul 6:30 dini hari).

Kenapa tukik tidak dimasukan dalam air di bak saja?

Perlu diketahui bahwa tukik memiliki sebuah masa yang biasa disebut dengan "Juvenile Frenzy" (bukan Juvenile Delinquency lho ya... lol), yaitu masa 2 hari pertama melakukan gerakan renang secara terus menerus hingga yolk (zat kuning telur di perut tukik) terkuras habis. Semakin cepat tukik menjauhi pantai menuju laut dalam, maka semakin besar peluang tukik dapat selamat dari ancaman predator. Nah apabila kita salah melakukan penanganan terhadap tukik dengan memasukan tukik kedalam air di bak, maka tukik tersebut akan berlomba mendayung hingga cadangan telurnya hampir habis. Bisa dibayangkan bagaimana tukik itu gagal mencapai laut dalam dan akhirnya dimakan predator.

"TAPI TUKIK-TUKIK ITU MENANGIS DI DALAM BAK KERING...!"

Pernyataan itu sering disampaikan kepada saya oleh pelaku konservasi yang baru belajar, bahwa tukik-tukik terlihat kebingungan di atas pasir kering di bak. Tidak hanya itu saja, masing-masing tukik juga terlihat menangis, mata mereka basah. Haha... memang apabila kita terlalu banyak melibatkan emosi perikemanusiaan terhadap tukik maka kita akan sempoyongan sendiri, salah-salah kita malah membahayakan kehidupan tukik, alih-alih membela kehidupan mereka.

Biarkan tukik-tukik itu kebingungan selama beberapa menit/ jam, setelah itu anda bisa melihat mereka tertidur. Tukik yang tertidur biasanya susah dibangunkan, dan tampangnya memelas seperti reptil yang sekarat. Tetapi jangan khawatir, anda akan terkaget dengan kenyataan bahwa mereka akan tiba-tiba berenang seperti torpedo begitu masuk kedalam air (pertanda bahwa energi tukik telah disimpan dengan baik).

Berdasarkan pengamatan saya di lapangan "tukik kering" merangkak dua kali lebih "ganas" dan enerjik diatas pasir jika dibanding dengan "tukik basah" akibat disimpan di dalam air. Tukik basah terlihat enerjik di air, namun menjadi malas/ lemas ketika mereka harus berjalan di atas pasir.

Dalam kasus tukik yang mengalami masa pembesaran beberapa minggu/ bulan (headstart), keadaannya lebih parah karena mereka hanya diam saja di atas pasri, bahkan tukik-tukik tersebut tetap melipat tangan dayung mereka di air laut. Tidak jarang tukik-tukik tersebut tersapu ombak kembali ke darat, hingga mati kering atau dimakan anjing.

Tetapi harap diingat bahwa JANGAN MENYIMPAN TUKIK HINGGA LEBIH DARI 24 JAM! Karena hal ini akan mengganggu proses imprinting.

* Proses imprinting adalah sebuah vase kehidupan dimana tukik melakukan "perekaman" atas situasi lingkungan disekitar tukik kedalam memori mereka. Para ahli percaya bahwa tukik memiliki semacam GPS (Global Positioning System) alami di kepala mereka, yang menjamin agar tukik bisa kembali ke pantai dimana dulu mereka ditetaskan. Penyu memiliki sebuah ritual atau siklus kehidupan dimana mereka akan kembali ke pantai dimana dulu mereka ditetaskan menjadi tukik. Di pantai ini lah akhirnya mereka akan bertelur lagi. Satu kali kita secara sembrono memperlakukan tukik (telat melepaskan tukik misalnya) maka kita telah menempatkan mereka ke dalam bahaya.

(foto : tukik di dalam bak berisi pasir kering - PROFANA BALI & Segara Urip)

 Tukik yang kebingungan mondar-mandir di bak kering,
dibiarkan saja seperti itu, asal disimpan di tempat yang sejuk
(spt di dalam kamar mandi), setelah waktunya pas...
bisa ditebar di pantai.

Tukik yang matanya basah, terkadang malah dipenuhi/ 
ketempelan pasir. Dianggap bahwa tukik sedang menangis
oleh kebanyakan pelaku konservasi amatir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar